Kamis, 04 Oktober 2012


PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) - Penelitian ini dilakukan di dalam kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas. dan meningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau yang lainnya

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yang sangat khas yaitu
  1. PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah
  2. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi oleh guru pada kelas tersebut
  3. PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.

konsep dasar ptk


KONSEP DASAR PTK
1.  Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas
Dalam menjalankan tugasnya, secara ideal guru merupakan agen pembaharuan.
Sebagai agen pembaharuan, guru diharapkan selalu melakukan langkah-langkah inovatif
berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya.
Langkah inovatif sebagai bentuk perubahan paradigma guru tersebut dapat dilihat dari
pemahaman dan penerapan guru tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sangat
mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah
peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini, karena dalam proses pembelajaran, guru adalah
praktisi dan teoretisi yang sangat menentukan. Peningkatan kualitas pembelajaran,
merupakan tuntutan logis dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(Ipteks) yang semakin pesat. Perkembangan Ipteks mengisyaratkan penyesuaian dan
peningkatan proses pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga berdampak positif
terhadap peningkatan kualitas lulusan dan keberadaan sekolah tempat guru itu mengajar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peningkatan kompetensi guru merupakan
tanggung jawab moral bagi para guru di sekolah. Peningkatan kompetensi guru mencakup
empat jenis, yaitu (1) kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi
sosial, dan (4) kompetensi kepribadian. Berdasarkan UURI Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, peningkatan
kompetensi guru menjadi isu strategis dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Bahkan
menurut PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tersebut pada pasal 31 ditegaskan, bahwa selain
kualifikasi, guru sebagai tenaga pendidik juga dituntut untuk memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkannya.
Upaya peningkatan keempat kompetensi merupakan upaya peningkatan
profesionalisme guru. Peningkatan profesionalisme dapat dicapai oleh guru dengan cara
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara berkesinambungan. Praktik
pembelajaran melalui PTK dapat meningkatkan profesionalisme guru (Ahmar, 2005; Jones
& Song, 2005; Kirkey, 2005; McIntosh, 2005; McNeiff, 1992). Hal ini, karena PTK dapat
membantu (1) pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah
3
pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan
hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada
peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru (Prendergast, 2002).
Lewin (dalam Prendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan
pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain. Sementara itu,
Calhoun dan Glanz (dalam Prendergast, 2002:2) menyatakan, bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan suatu metode untuk memberdayakan guru yang mampu mendukung
kinerja kreatif sekolah. Di samping itu, Prendergast (2002:3) juga menyatakan, bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan wahana bagi guru untuk melakukan refleksi dan
tindakan secara sistematis dalam pengajarannya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar
siswa. Cole dan Knowles (Prendergast (2002:3-4) menyatakan bahwa, penelitian tindakan
kelas dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, refleksi, dan bertanya satu
dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi
juga membantu para guru mengembangkan hubungan-hubungan personal. Pernyataan
Knowles tersebut juga didukung oleh Noffke (Prendergast (2002:5), bahwa penelitian
tindakan kelas dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktek
pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan
hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru. Whitehead (1993) menyatakan, bahwa
penelitian tindakan kelas dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman
tentang pedagogi dalam rangka memperbaiki pemberlajarannya.
Penjelasan-penjelasan teoretis tersebut mengindikasikan, bahwa pemahaman dan
penerapan PTK akan membantu guru untuk mengembangkan keempat kompetensi yang
dipersyaratkan oleh UURI Nomor 14 Tahun 2005. PTK akan memfasilitasi guru untuk
meningkatkan kompetensi-kompetensi profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial.
Agar PTK tidak lepas dari tujuan perbaikan diri sendiri, maka sebelum seorang
Guru atau para Guru memulai merancang dan melaksanakan PTK, perlu memperhatikan
hal-hal berikut.
1. PTK adalah alat untuk memperbaiki atau menyempurnakan mutu pelaksanaan tugas
sehari-hari (mengajar yang mendidik), oleh karena itu hendaknya sedapat mungkin
4
memilih metode atau model pembelajaran yang sesuai yang secara praktis tidak
mengganggu atau menghambat komitmen tugasnya sehari-hari.
2. Teknik pengumpulan data jangan sampai banyak menyita waktu, sehingga tugas utama
Guru tidak terbengkalai.
3. Metodologi penelitian hendaknya memberi kesempatan kepada Guru untuk
merumuskan hipotesis yang kuat, dan menentukan strategi yang cocok dengan suasana
dan keadaan kelas tempatnya mengajar.
4. Masalah yang diangkat hendaknya merupakan masalah yang dirasakan dan diangkat
dari wilayah tugasnya sendiri serta benar-benar merupakan masalah yang dapat
dipecahkan melalui PTK oleh Guru itu sendiri.
5. Sejauh mungkin, PTK dikembangkan ke arah meliputi ruang lingkup sekolah. Dalam
hal ini, seluruh staf sekolah diharapkan berpartisipasi dan berkontribusi, sehingga pada
gilirannya Guru-Guru lain ikut merasakan pentingnya penelitian tersebut. Jika
kepedulian seluruh staf berkembang, maka seluruh staf itu dapat bekerja sama untuk
menentukan masalah-masalah sekolah yang layak dan harus diteliti melalui PTK.
1.2 Pengertian PTK
Penelitian tindakan telah mulai berkembang sejak perang dunia kedua. Oleh sebab
itu, terdapat banyak pengertian tentang PTK. Istilah PTK dideferensiasi dari pengertianpengertian
berikut.
Kemmis (1992): Action research as a form of self-reflective inquiry undertaken by
participants in a social (including educational) situation in order to improve the
rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b) their
understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are
carried out.
McNeiff (2002): action research is a term which refer to a practical way of looking
at your own work to sheck that it is you would like it to be. Because action research
is done by you, the practitioner, it is often referred to as practitioner based
research; and because it involves you thinking about and reflecting on your work, it
can also be called a form of self-reflective practice.
5
Berdasarkan penjelasan Kemmis dan McNeiff tersebut, dapat dicermati pengertian
PTK secara lebih rinci dan lengkap. PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki
kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan
tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari
empat tahapan, planing, action, observation/evaluation, dan reflection.
1.3 Karakteristik PTK
Karakteristik PTK yang sekaligus dapat membedakannya dengan penelitian formal
adalah sebagai berikut.
1. PTK merupakan prosedur penelitian di kelas yang dirancang untuk menanggulangi
masalah nyata yang dialami Guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini berarti, bahwa
rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di kelas itu, termasuk pengumpulan data,
analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan temuan, dan penerapan temuan. Semuanya
dilakukan di kelas dan dirasakan oleh kelas itu.
2. Metode PTK diterapkan secara kontekstual, dalam arti bahwa variabel-variabel yang
ditelaah selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian, temuan
hanya berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi untuk kelas yang
lain. Temuan PTK hendaknya selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali
efektivitasnya dalam kaitannya dengan keadaan dan suasana kelas itu.
3. PTK terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran, dalam arti
bahwa hasil atau temuan PTK itu adalah pada diri Guru telah terjadi perubahan,
perbaikan, atau peningkatan sikap dan perbuatannya. PTK akan lebih berhasil jika ada
kerja sama antara Guru-Guru di sekolah, sehingga mereka dapat sharing permasalahan,
dan apabila penelitian telah dilakukan, selalu diadakan pembahasan perencanaan
tindakan yang dilakukan. Dengan demikain, PTK itu bersifat kolaborasi dan kooperatif.
4. PTK bersifat luwes dan mudah diadaptasi. Dengan demikian, maka cocok digunakan
dalam rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan
6
diterapkannya suatu hasil studi dengan segera dan penelaahan kembali secara
berkesinambungan.
5. PTK banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung atas refleksi diri peneliti.
Pada saat penelitian berlangsung Guru sendiri dibantu rekan lainnya mengumpulkan
informasi, menata informasi, membahasnya, mencatatnya, menilainya, dan sekaligus
melakukan tindakan-tindakan secara bertahap. Setiap tahap merupakan tindakan lanjut
tahap sebelumnya.
6. PTK sedikitnya ada kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal percobaan
tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya. Tetapi, PTK tidak
secara ketat memperdulikan pengendalian variabel yang mungkin mempengaruhi hasil
penelaahan. Oleh karena kaidah-kaidah dasar penelitian ilmiah dapat dipertahankan
terutama dalam pengambilan data, perolehan informasi, upaya untuk membangun pola
tindakan, rekomnedasi dan lain-lain, maka PTK tetap merupakan proses ilmiah.
7. PTK bersifat situasional dan spesisifik, yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk
studi kasus. Subyek penelitian sifatnya terbatas, tidak representatif untuk merumuskan
atau generalisasi. Penggunaan metoda statistik terbatas pada pendekatan deskriptif
tanpa inferensi.
1.4 Prinsip PTK
Menurut Hopkins (1993: 57-61), terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sebagai seorang guru yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, seyogyanya PTK
yang dilakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Ada dua hal penting
terkait dengan prinsip ini. Pertama, mungkin metode pembelajaran yang diterapkannya
dalam PTK tidak segera dapat memperbaiki pembelajarannya, atau hasilnya tidak jauh
berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Sebagai pertanggungjawaban
profesional, Guru hendaknya selalu secara konsisten menemukan sebabnya, mencari
jalan keluar terbaik, atau menggantinya agar mampu memfasilitasi para siswa dalam
belajar dan meningkatkan hasil belajar secara lebih optimal. Kedua, banyaknya siklus
yang diterapkan hendaknya mengutamakan pada ketercapaian kriteria keberhasilan,
misalnya pembentukan pemahaman yang mendalam (deep understanding) ketimbang
7
sekadar menghabiskan kurikulum (content coverage), dan tidak semata-mata mengacu
pada kejenuhan informasi (saturation of information).
2. Teknik pengumpulan data tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan. Sedapat
mungkin hendaknya dapat diupayakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangai
sendiri, sementara Guru tetap aktif sebagai mana biasanya. Teknik pengumpulan data
diuapayakan sesederhana mungkin, asal mampu memperoleh informasi yang cukup
signifikan dan dapat dipercaya secara metodologis.
3. Metodologi yang digunakan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan reliabilitasnya
yang memungkinkan Guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara
meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta
memperoleh data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya.
Jadi, walaupun terdapat kelonggaran secara metodologis, namun PTK mestinya tetap
dilaksanakan atas dasar taat kaidah keilmuan.
4. Masalah yang terungkap adalah masalah yang benar-benar membuat Guru galau,
sehingga atas dasar tanggung jawab profesional, dia didorong oleh hatinya untuk
memiliki komitmen dalam rangka menemukan jalan keluarnya melalui PTK.
Komitmen tersebut adalah dorongan hati yang paling dalam untuk memperoleh
perbaikan secara nyata proses dan hasil pelayanannya pada siswa dalam menjalankan
tugas-tugas kesehariannya dibandingkan dengan proses dan hasil-hasil sebelumnya.
Dengan demikian, mengajar adalah penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan
dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan sendiri agar mampu melakukan perbaikan
praktiknya.
5. Pelaksanaan PTK seyogyanya mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi.
Artinya, PTK hendaknya diketahui oleh kepala sekolah, disosialisasikan pada rekanrekan
Guru, dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, dilaporkan hasilnya
sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis ilmiah, dan tetap mengedepankan
kepentingan siswa layaknya sebagai manusia.
6. Permasalahan yang hendaknya dicarikan solusinya lewat PTK hendaknya tidak terbatas
hanya pada konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi tetap mempertimbangkan
perspektif sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, pelibatan lebih dari seorang
pelaku akan sangat mengakomodasi kepentingan tersebut.
8
1.5 Tujuan PTK
Tujuan PTK dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan sertaan.
Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan profesional
Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis
berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat
memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan,
melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.
2. Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang bertolak dari
kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait
dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan
pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah,
(2) proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3)
produknyas adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung
oleh lingkungan.
3. Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.
1.6 Manfaat PTK
PTK dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari
bawah, karena Guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru menjadi
lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih
berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat memberikan manfaat perbaikan.
Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai akibat Guru semakin banyak mengembangkan
sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman praktis. Dengan secara kontinu
melakukan PTK, Guru sebagai pekerja profesional tidak akan cepat berpuas diri lalu diam
di zone nyaman, melainkan selalu memiliki komitmen untuk meraih hari esok lebih baik
dari hari sekarang. Dorongan ini muncul dari rasa kepedulian untuk memecahkan masalahmasalah
praktis dalam kesehariannya.
Manfaat lainnya, bahwa hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka
melakukan pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum tidak bersifat
9
netral, melainkan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling