MANAJEMEN SEKOLAH
A.
Pengertian Manajemen Sekolah
Istilah manajemen memiliki banyak arti, bergantung
pada oranng yang mengartikannya. Istilah manajemen sekolah acapkali disandang
dengan istlah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan
berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen
(manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih
luas dari pada administrasi; dan ketiga, pandangan yang menganggap bahwa
manajemen identik dengan administrasi.
Dalam kaitannya dengan ini kata manajemen diartikan
sama dengan kata administrasi atau pengelolaan, meskipun kedua istilah tersebut
sering diartikan berbeda. Dalam berbagai kepentingan, pemakaian kedua istilah
tersebut sering digunakan secara bergantian, demikian halnya dengan berbagai
literature, acapkali dipertukarkan. Berdasarkan fungsi pokoknya istilah
manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama. Karena itu, perbedaan
kedua istilah tersebut tidak konsisten dan tidak signifikan.
Dalam
konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam
penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung
menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen
pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah
administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini,
penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini
dapat digunakan dengan makna yang sama.
Selanjutnya,
di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang
disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin
yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan
bahwa :
“Manajemen
adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan
kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi
(organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan
demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.
Sedangkan
dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa:
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan”.
Secara
khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian
manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang
diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua
sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”.
Sementara
itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai
rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang
diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan
formal”.
Meski
ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang
bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat
ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa :
1.
manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan
2.
manajemen pendidikan
memanfaatkan berbagai sumber daya
3.
manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
B.
Fungsi Manajemen
Dikemukakan
di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud
tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen.
Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan
pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry
terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
1.
planning (perencanaan)
2.
organizing (pengorganisasian)
3.
actuating (pelaksanaan)
4.
controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut
Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi:
1.
planning (perencanaan)
2.
organizing (pengorganisasian)
3.
commanding (pengaturan)
4.
coordinating (pengkoordinasian)
5.
controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold
Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup:
1.
planning (perencanaan)
2.
organizing
(pengorganisasian)
3.
staffing (penentuan staf)
4.
directing (pengarahan)
5.
controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L.
Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu:
1.
planning (perencanaan)
2.
organizing (pengorganisasian)
3.
staffing (penentuan staf)
4.
directing (pengarahan)
5.
coordinating (pengkoordinasian)
6.
reporting (pelaporan)
7.
budgeting (penganggaran).
Untuk
memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan
dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif
persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi:
1.
Perencanaan (planning)
Perencanaan
tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise
E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as
the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course
of action designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan bahwa: “Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
Arti
penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap
kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien
dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko (1995) mengemukkanbahwa terdapat empat
tahap dalam perencanaan, yaitu:
a.
menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
b.
merumuskan keadaan saat ini;
c.
mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
d.
mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan.
Pada
bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa
atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu
perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:
1)
rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh
dan jangka panjang
2)
rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan
tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai
dimensi jangka panjang
3)
rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan
yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik
dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.
Perencanaan
strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan
lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti
perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin
kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.
Pada
bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah
dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
1.
Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang
misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung
jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan
etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan
diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
2.
Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi
internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk
mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan
kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan
menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di
masa yang akan datang.
3.
Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk
mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat
mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi
lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing,
pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini
akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.
Meski
pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks
bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan
pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena
memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan
internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar
dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.
2.
Pengorganisasian (organizing)
Fungsi
manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry
(1986) mengemukakan bahwa “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Pendapat
di atas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya
untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi
pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah
bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan
apa targetnya.
Berkenaan
dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas
dalam organisasi, diantaranya adalah:
a.
organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan
kerja yang sesuai dengan kebutuhan
b.
pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja;
c.
organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
d.
organisasi harus mencerminkan rentangan control
e.
organisasi harus mengandung kesatuan perintah
f.
organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest
Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses
pengorganisasian, yaitu:
a.
pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi;
b.
pembagian beban pekerjaan
total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang
c.
pengadaan dan
pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3.
Pelaksanaan (actuating)
Dari
seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan
fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam
hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai
sasaran-sasaran tersebut.
Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya
untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan
secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah
bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika:
1)
merasa yakin akan mampu mengerjakan
2)
yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya
3)
tidak sedang dibebani
oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak
4)
tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
5)
hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4.
Pengawasan (controlling)
Pengawasan
(controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
fungsi pengawasan.
Robert
J. Mocker mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur
esensial proses pengawasan, bahwa “Pengawasan manajemen adalah suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan
demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan
agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah
tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Fungsi-fungsi
manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu
dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen.
Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara
berbagai fungsi manajemen.
Dalam
perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai
secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan
yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola
secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik,
boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada
gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan
demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang
jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
C.
Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara
tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli
tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen
pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang
garapan yaitu :
1.
Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut
bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi
keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
2.
Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi
personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini
masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang
sangat penting.
3.
Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru,
penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan
mingguan dan sebagainya.
Hal
serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi
pendidikan terdiri dari :
1.
Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut
kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
2.
Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar,
yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar.
3.
Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk
melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan
sebaik-baiknya.
Di
lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah
menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan
bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi:
1.
manajemen kurikulum
2.
manajemen personalia
3.
manajemen kesiswaan
4.
manajemen keuangan
5.
manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
Dari
beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi yaitu mengenai
bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas J. Sergiovani.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, pandangan Thomas J. Sergiovani
kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school
transportation dan business management. Dengan alasan tertentu, kebijakan umum
pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke arah sana. Kendati demikian,
dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke depannya pemikiran ini sangat
menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan pendidikan di Indonesia.
Merujuk
kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku
Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang
kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :
1.
Manajemen kurikulum
Manajemen
kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar
manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Tahapan
manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap:
a.
Perencanaan
b.
pengorganisasian dan koordinasi
c.
pelaksanaan
d.
pengendalian.
Dalam
konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006)
mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
1.
Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1)
analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3)
menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan):
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
2.
Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah:
a.
perumusan rasional atau dasar pemikiran
b.
perumusan visi, misi, dan tujuan
c.
penentuan struktur dan isi program
d.
pemilihan dan pengorganisasian materi
e.
pengorganisasian kegiatan
pembelajaran
f.
pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar
g.
penentuan cara mengukur hasil belajar.
3.
Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi
langkah-langkah:
a.
penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran)
b.
penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
c.
penentuan strategi dan
metode pembelajaran
d.
penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
e.
penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar
f.
setting lingkungan pembelajaran
4.
Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana
kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian
formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input,
proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem
dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input:
memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi
design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu
pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program.
Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir
program (identik dengan evaluasi sumatif)
2.
Manajemen Kesiswaan
Dalam
manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu:
a.
siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek,
sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan
pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka
b.
kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,
kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu
diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana
untuk berkembang secara optimal
c.
siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang
diajarkan
d.
pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah
kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.
3.
Manajemen personalia
Terdapat
empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu:
a.
dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen
paling berharga
b.
sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola
dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional
c.
kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku
manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan
sekolah
d.
manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan
agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan
sekolah.
Disamping
faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen
personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di
sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil
sekolah menjadi mutlak diperlukan.
4.
Manajemen keuangan
Manajemen
keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana,
kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan
program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara
melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti
dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh
karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk
kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu
diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan
baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
5.
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen
perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang
dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti
gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan
menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam
manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara
pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan
jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja
perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang
berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan
untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan
pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan
informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan
membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk
memotivasi warga sekolah.