UPAYA
MENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(Studi
Tindakan di Kelas VII MTs NEGERI KENDAL)
ABSTRAK
Penelitian
ini menggunakan studi tindakan (action research) pada peserta didik kelas VII MTs
Negeri Kendal. Dari hasil observasi secara langsung melalui pra siklus
penelitian tindakan dapat diketahui bahwa guru mata pelajaran fiqih belum
sepenuhnya mengedepankan pembelajaran aktif. Hal ini terbukti dengan adanya
hasil belajar peserta didiknya yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM).
Dengan
metode satu arah itu peserta didik cenderung pasif. Hal ini dapat dilihat dari
kesiapan dan keaktifan pada saat KBM berlangsung kesiapan dan keaktifan peserta
didik dalam KBM menggambarkan semangat untuk mengikutinya. Peneliti menerapkan
model pembelajaran dengan berbasis CTL yaitu pada kelas VII B yang berjumlah 27
peserta didik.
Penelitian
ini dilaksanakan dalam tiga tahap: pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
a. Pada
tahap pra siklus semangat belajar peserta didik, prosentasenya 61%, rata-rata
tes 63,85.
b. Siklus
1, semangat belajarnya 68,57%, rata-rata tes 67,63.
c. Siklus
2, semangat belajarnya 77,14%, rata-rata tes 74,30.
Dari
penelitian tersebut ternyata masih ada siswa yang nilai skor tesnya di bawah
KKM, yaitu dikarenakan kondisi keluarga yang tidak mendukung dan tingkat SQ
yang rendah.
A. Latar
Belakang
Adanya anggapan bahwa fiqih hanyalah pelajaran yang
dihafal dan tidak termasuk pelajaran yang menentukan saat akhir sekolah. Inilah
yang membuat peserta didik statis dan kurang berprestasi.
Fiqih yang merupakan dari bagian PAI tentu dalam
pengajarannya guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan sistem
belajar mengajar secara kreatif, imajinatif, menguasai metode penyampaian yang
mampu memotivasi siswa, proses KBM yang menyenangkan.
Ketaatan siswa untuk mengikuti pelajaran PAI, pada
umumnya karena paksaan / kewajiban dan ini berakibat pada sasaran
keberhasilannya. Di sisi lain apa yang diperoleh siswa dari guru agama
seringkali tidak mencerminkan perkembangan pendekatan dengan yang mereka alami
dalam kehidupan masyarakat.
Seorang guru berusaha untuk merancang konsep
pembelajaran di kelas yang mampu membangkitkan semangat peserta didik. Dengan
kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila konsep dan program
pembelajaran disusun dengan baik.
Berbicara mengenai peserta didik dalam proses KBM bahwa
semangat mereka dalam melaksanakan tugas guru dirasa masih belum sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, yaitu mampu belajar mandiri, mengembangkan ide dan
memiliki kemampuan berfikir tinggi. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil
belajarnya.
Mata pelajaran fiqih cenderung menghafal daripada
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini masih sangat
bergantung oleh seorang guru.
Pengalaman pembelajaran tersebut menumbuhkan demikian baru
bagaimana hal yang kurang baik itu dapat diubah untuk diperbaiki kemudian
muncul suatu gagasan untuk berkolaborasi mencari solusi.
Model pembelajaran contextual teaching and learning
(CTL) ialah model pembelajaran dengan diberi kegiatan yang langsung
mempraktekkan dengan dunia nyata.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pembelajaran fiqih melalui model pembelajaran CTL di kelas VII MTs Negeri
Kendal?
2. Apakah
pembelajaran fiqih CTL dapat menumbuhkan semangat belajar kelas VII MTs Negeri
Kendal?
C. Kajian
Teoritik dan Hipotesis Tindakan
1. Kerangka
Teoritik
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar di
mana guru menghadirkan situasi nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat dan keluarga.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sangat
melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran dan siswa terdorong
untuk aktif mempelajari materi sesuai dengan tema yang akan dipelajari.
1) Belajar
bukanlah menghafal, tetapi proses membangun pengetahuan sesuai dengan
pengalaman yang dimiliki.
2) Belajar
bukan sekedar mengumpulkan fakta-fakta.
3) Belajar
adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap.
Pembelajaran dengan menggunakan CTL bertujuan untuk
membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari
suatu permasalahan ke permasalahan yang lain, atau dari satu konteks ke konteks
yang lain.
Model pembelajaran ini dapat menimbulkan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan mereka akan menemukan makna belajar yang
sebenarnya. Dalam konsep pembelajaran ini, guru sebenarnya tidak dapat
“memberikan” pendidikan kepada pelajar, tetapi pelajar itu sendiri yang
memperolehnya tanpa keaktifan pelajar hasil belajar tidak akan tercapai.
Kelas yang berbasis kontekstual, guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar yang anggotanya heterogen,
agar mereka dapat bertukar pikiran, menyelesaikan masalah dulu. Untuk membuat
siswa agar aktif sejak awal yaitu dengan membuat team agar siswa saling kenal
dan terciptalah semangat kerjasama.
Dalam kegiatan learning community, siswa diharapkan akan
berwawasan luas karena satu sama lain saling membantu bekerja sama dan
berinteraksi untuk memecahkan masalah.
Metode yang dapat digunakan untuk menerapkan pendekatan
pembelajaran kontekstual adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi
(gerakan shalat yang benar), dan metode latihan atau drill (membaca doa
menjelang pelajaran dimulai).
2. Hipotesis
a. Pembelajaran
dengan pendekatan CTL dapat menumbuhkan semangat peserta didik untuk mencapai
kompetensi dasar dalam pembelajaran fiqih.
b. Pembelajaran
CTL dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran dan hasil peserta didik.
D. Metodologi
1. Subjek
Penelitian
Subjek yang akan diteliti ialah peserta didik kelas VII MTs
Negeri Kendal yang berjumlah 27 siswa.
2. Model
Penelitian
Peneliti memilih model Spiral Kemms dan Taggart yang
terdiri dari beberapa siklus dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai
hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Di mana siklus berdiri
dari empat tahapan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
3. Variabel
Penelitian
Variabel indikator dalam penelitian ini meliputi:
a. Kesiapan
menerima pelajaran.
b. Keaktifan
peserta didik.
c. Hasil
belajar peserta didik.
4. Metode
Pengumpulan Data
1) Dokumentasi
Yakni digunakan untuk mengetahui dan mendaftarkan daftar nama peserta
didik yang menjadi sampel penelitian.
2) Observasi
Peneliti dalam mencari data dengan terjun langsung ke lapangan terhadap
objek yang diteliti.
3) Lembar
Kerja
Dengan memberikan soal-soal yang diberikan kepada peserta didik pada tiap
siklus yang bertujuan untuk mengetahui keaktifan dan keterampilan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
4) Wawancara
Peneliti mewawancarai seorang guru sebagai mitra kerja yaitu Bapak Nur
Syahid, M.Ag., yang mengampu bidang studi fiqih.
5) Tes
Tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan hasil belajar peserta didik
yang telah melakukan pembelajaran fiqih melalui pembelajaran CTL sebagai
evaluasi setelah pembelajaran berlangsung.
E. Analisis
Hasil Penelitian
1. Pra
Siklus
Pelaksanaan pembelajaran pra siklus untuk kelas VII yang
diampu oleh Bapak Nur Syahid, S.Ag. dilaksanakan pada hari Jum’at, 28 Maret
2008. Pada tahap ini materi yang diajarkan adalah tentang shalat-shalat sunah
yang meliputi shalat rawatib, dhuha dan tahiyyatul masjid. Pada tahap pra
siklus ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh semangat peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran fiqih sebelum diterapkannya metode CTL.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan pra
siklus, di kelas VII yang diampu oleh Bapak Nur Syahid, S.Ag. dalam proses
pembelajarannya menggunakan metode ceramah dan pengerjaan lembar kerja siswa
(LKS).
Observasi pada tahap pra siklus ini menggunakan
instrumen observasi yang dipegang oleh peneliti dan lembar kerja soal yang
dipegang oleh guru untuk dibagikan kepada peserta didik di akhir pembelajaran.
Lembar kerja ini adalah sebagai tes kemampuan untuk mengetahui kemampuan
peserta didik dalam memahami materi sebelum diterapkannya pendekatan
kontekstual.
Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus bahwa
peserta didik belum terlibat aktif secara penuh dalam proses pembelajaran, hal
tersebut bis diketahui ketika terjadi proses pembelajaran, masih ada peserta
didik yang berbicara sendiri / berbisik-bisik serta ada pula yang mengerjakan
tugas mata pelajaran lain. Rendahnya semangat belajar peserta didik pada kelas
VII menjadi objek penelitian dapat ditunjukkan dari prosentase hasil penilaian
keaktifan dan kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yaitu sebesar
61% yang berada di bawa standar ketentuan yaitu 65% dan juga berdasarkan dari
hasil tes akhir yang dilakukan, didapat bahwa rata-rata hasil belajar pada pra
siklus yaitu 63,85% yang berada di bawah standar yaitu 65%. Dari data yang
diperoleh pada tahap ini ada 15 siswa yang belum tuntas.
2. Siklus
1
Pelaksanaan siklus 1 pada tanggal 4 April 2008. Pada
siklus 1 ini observasi dilakukan di kelas VII dengan materi pembelajaran shalat
jenazah. Solusi yang diperoleh dari tahap refleksi pra siklus digunakan sebagai
suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran
fiqih di kelas kaitannya dengan meningkatkan semangat belajar peserta didik.
Hasil pengamatan yang diperoleh pada tahap siklus
pertama bahwa peserta didik mulai ada peningkatan kesiapan belajar maupun
keaktifannya dalam proses pembelajaran. Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan
dari prosentase hasil penilaian keaktifan dan kesiapan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran yaitu sebesar 68,57% dan di atas ketentuan yang telah ditetapkan
yaitu 65%.
Berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan di akhir
pembelajaran pada siklus 1, didapat bahwa rata-rata hasil belajar pada siklus 1
yaitu 67,63 yang berada di atas standar yang ditentukan yaitu di atas 65. Dari
data yang diperoleh ada 9 peserta didik yang belum tuntas. Bbd dengan
sebelumnya (pra siklus) yaitu ada 15 peserta didik yang belum tuntas.
Perbandingan
Jumlah Skor dan Prosentase Semangat Belajar
pada
Tahap Pra Siklus dan Siklus 1
No
|
Pelaksanaan
Siklus
|
Jumlah
Skor
|
Prosentase
(%)
|
1
2
|
Pra
Siklus
Siklus
1
|
43
48
|
61
68,57
|
Perbandingan
Rata-Rata Tes Akhir
pada
Tahap Pra Siklus dan Siklus 1
No
|
Pelaksanaan
Siklus
|
Rata-Rata
|
1
2
|
Pra
Siklus
Siklus
1
|
63,85
67,63
|
3. Siklus
2
Sebagaimana pada tahap pra siklus dan siklus 1, pada
siklus 2 ini observasi dilakukan oleh peneliti dan kolaborator / guru untuk
berupaya meningkatkan semangat belajar peserta didik yang berdampak pada hasil
belajar dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang menjadi pokok bahasan.
Pada siklus 2 materi ajarnya adalah “shalat jamaah” pada tanggal 18 April 2008.
Tindakan yang telah dirumuskan pada siklus 1 diterapkan pada siklus 2.
Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 2, dapat
disimpulkan bahwa peserta didik hampir secara keseluruhan terlibat aktif dalam
proses pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok hampir keseluruhan
terlibat aktif bertanya, menulis ketika ada keterangan / informasi baru yang
diterima dari guru maupun sumber lain, dan menyelesaikan tugas sehingga pada
siklus ini dalam proses pembelajaran tidak sepenuhnya pada guru, melainkan
peserta didik yang lebih aktif untuk berusaha mencari informasi
sebanyak-banyaknya untuk didiskusikan dalam kelas. Hal ini ditunjukkan adanya
peningkatan dari hasil observasi keaktifan dan kesiapan dalam pembelajaran yaitu
dengan prosentase 77,14% yang sudah berada di atas ketentuan yang ditetapkan.
Dan berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan di
akhir pembelajaran pada siklus 2 didapat bahwa rata-rata hasil tes pada siklus
ini yaitu 74,3.
Walaupun masih ada 3 peserta didik yang pasif dalam
pembelajaran yaitu Muhammad Yanuar Abdillah, dan Dilan Wiranata setelah
diteliti lebih lanjut ternyata anak tersebut lemah berpikir dan Maulidia
Hapsari Putri ternyata anak tersebut mempunyai masalah dalam keluarganya.
Perbandingan
Jumlah Skor dan Prosentase Semangat Belajar
pada
Tahap Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
No
|
Pelaksanaan
Siklus
|
Jumlah
Skor
|
Prosentase
(%)
|
1
2
3
|
Pra
Siklus
Siklus
1
Siklus
2
|
43
48
54
|
61
68,57
77,14
|
Perbandingan
Rata-Rata Tes Akhir
pada
Tahap Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
No
|
Pelaksanaan
Siklus
|
Rata-Rata
|
1
2
3
|
Pra
Siklus
Siklus
1
Siklus
2
|
63,85
67,63
74,30
|
F. Kesimpulan
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa;
-
Keberhasilan penerapan model pembelajaran
melalui pendekatan kontekstual sebagai upaya untuk meningkatkan semangat
belajar peserta didik kelas VII MTs Negeri Kendal. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya perubahan dalam proses pembelajaran yang meliputi kesiapan dan keaktifan
pada saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya peningkatan nilai skor
tes akhir dari masing-masing siklus, prosentase peningkatan semangat belajar
dari pra siklus, siklus 1, sampai siklus 2 yaitu dari 61% meningkat menjadi
68,52% dan meningkat menjadi 77,14%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan
di atas rata-rata (65%). Sedangkan peningkatan tes akhir dari pra siklus,
siklus 1, sampai siklus 2 dapat dilihat dari nilai rata-rata pada masing-masing
siklus yaitu 63,85 meningkat menjadi 74,30. Dan peningkatan tersebut di atas
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65.
-
Penelitian tindakan atau PTK yang dilaksanakan
oleh peneliti di MTs Fatahillah dengan menerapkan model pembelajaran oleh
peneliti contextual teaching and learning atau CTL membawa dampak yang positif
terhadap aktivitas belajar peserta didik terutama mengurangi kejenuhan dan
sebagai variasi pembelajaran.
-
Pembelajaran fiqih dengan pendekatan kontekstual
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik
yaitu pendekatan yang berusaha untuk mengkaitkan materi pembelajaran dengan
kehidupan nyata peserta didik guna mencapai kompetensi yang diharapkan.
- Saran
-
Dalam proses PBM hendaknya guru harus
benar-benar paham, menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin agar materi
tersampaikan secara maksimal.
-
Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa
dan memperkaya variasi mengajar. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
kejenuhan yang dialami oleh peserta didik.
- Penutup
Demikianlah makalah kami susun. Kami sadari banyak kesalahan
baik dalam penulisan maupun pemaparan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif.